Memberikan Pelatihan dan Pengembangan Karier
Memberikan pelatihan dan pengembangan karier kepada karyawan akan sangat membantu untuk menekan tingkat turnover karyawan. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada karyawan untuk belajar dan mengembangkan keterampilan mereka serta jenjang karier yang jelas. Hal ini bisa membantu karyawan merasa dihargai dan diakui, serta meningkatkan kemampuan mereka untuk berkembang di perusahaan, yang pada akhirnya dapat membuat mereka bertahan di perusahaan. Untuk memahami metode pengembangan SDM dengan baik, kamu bisa membaca artikel berikut ini: 5 Strategi Pengembangan SDM yang Penting Dipahami
Terganggunya Alur Kerja
Dalam sebuah perusahaan, umumnya ada kerja sama yang erat antar anggota tim atau bahkan antar departemen. Ketika seorang karyawan meninggalkan perusahaan, dapat terjadi kelimbungan sementara terkait siapa yang akan menggantikan pekerjaan karyawan tersebut. Selain itu, karyawan yang menggantikan karyawan yang meninggalkan perusahaan juga harus mengerjakan lebih banyak tugas. Sehingga terdapat potensi pekerjaan yang tak dikerjakan dengan baik.
Pertanyaan Umum tentang Turnover Karyawan
Kemajuan Karir yang Terhambat
Pekerja umumnya menginginkan kemajuan dalam karir yang dapat ditandai dengan kenaikan pangkat maupun tanggung jawab yang semakin besar. Meski demikian, sebagian perusahaan tidak memiliki jenjang karir yang jelas sehingga karyawan terkadang melirik kesempatan di tempat lain yang memiliki jenjang karir yang jelas dan terukur.
Apa Saja Dampak dari Turnover Karyawan?
Tingginya turnover juga bisa mengganggu stabilitas organisasi dan mempengaruhi reputasi perusahaan di pasar kerja. Beberapa dampak buruk lainnya yang juga bisa terjadi karena turnover yang tinggi antara lain:
Apa yang Akan Terjadi Jika Turnover Karyawan Berlebihan?
Ketika faktor-faktor internal yang disebutkan di atas sudah terdapat pada sebuah perusahaan, tak jarang tingkat turnover karyawan di sebuah perusahaan akan merangkak naik. Dampak turnover yang tinggi ini dapat terasa pada berbagai aspek.
Definisi dan penyebab turnover
Pada dasarnya turnover merupakan tingkat karyawan yang keluar perusahaan akibat berhenti di periode waktu tertentu. Sebagian besar kasus ini terjadi akibat karyawan merasa tidak betah berlama-lama di sebuah perusahaan akibat lingkungan kerja yang kurang nyaman, organisasi yang kurang baik, maupun jenis pekerjaan yang dianggap berat. Apabila jumlah karyawan yang bahagia semakin banyak umumnya akan memberikan dampak positif seperti menjadi loyal dan merasa dilibatkan di banyak proyek. Tentunya hal ini juga harus mempertimbangkan benefit karyawan juga.
Perusahaan perlu mengendalikan tingkat turnover melalui kegiatan tertentu. Salah satunya adalah tidak menyetujui karyawan yang hendak resign bila punya performa yang baik. Karyawan yang resign bisa ditanyakan apa penyebabnya mereka tidak ingin bekerja di perusahaan seperti permasalahan gaji, sistem kerja yang kurang menyenangkan, maupun jenjang karir yang tidak memuaskan. Dengan kata lain dan turnover sendiri bisa diartikan pemberhentian karyawan yang tidak disebabkan oleh PHK, pensiun, atau memilih melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Jadi kita bisa menarik kesimpulan bahwa salah satu penyebab seorang karyawan memutuskan resign tapi disebabkan oleh keinginan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Kita juga akan membahas tentang macam-macam turnover dan definisinya:
Pada dasarnya jenis dari turnover yang pertama didasarkan atas kesanggupan karyawan. Kesanggupan karyawan yang dimaksud bisa berupa sukarela maupun tidak sukarela. Contoh dari penyebab resign yang bersifat sukarela adalah prospek jenjang karir, geografi, pemikiran pribadi dari perusahaan lain yang dianggap lebih menjanjikan.
Kemudian kita akan membahas mengenai contoh dari turnover yang bersifat tidak suka rela. Misalkan saja turnover yang disebabkan oleh ketidak kuatan mental karyawan terhadap peraturan perusahaan dan ketidaklengkapan infrastruktur di tempat kerja.
Jenis turnover yang berikutnya juga dibagi menjadi dua kelompok yakni fungsional dan disfungsional. Bisa dikatakan sebagai fungsional saat pegawai memiliki kemampuan yang tidak mumpuni, tidak loyal terhadap rekan kerja, atau mengundurkan diri karena mengacau di tempat kerja.
Sedangkan kelompok yang kedua berupa disfungsional. Contoh dari kasus fase disfungsional adalah pegawai berkemampuan tinggi yang memilih untuk mundur dari perusahaan di saat-saat yang genting atau krisis. Tentu saja turnover yang satu ini sangat disayangkan oleh perusahaan.
Turnover yang didasarkan atas contoh pengendalian juga dibagi menjadi dua jenis yakni terkendali dan dikendalikan. Pada jenis yang dikendalikan atau terkendali maka pemberi kerja bisa mempengaruhi banyak aspek. Kemudian golongan tidak dikendalikan lebih pada karyawan memang dikendalikan oleh argumen-argumen yang bukan berasal dari pemberi kerja.
Penyebab Karyawan Turnover
Selesai dengan pembahasan berbagai jenis turnover sekarang kita akan membahas tentang apa saja yang menjadi penyebabnya dengan lebih mendetail. Beberapa penyebabnya bisa langsung Anda simak pada poin-poin berikut.
Setiap pekerjaan memiliki beban kerja yang berbeda-beda. Ada kalanya suatu pekerjaan memiliki beban kerja yang berat dan membuat tidak betah. Beban kerja yang terlalu berat bisa saja menyebabkan pegawai mengalami masalah dalam menyesuaikan diri. Tak jarang para pegawai tersebut akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari suatu pekerjaan.
Setiap orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Apabila pegawai merasa gajinya kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup maka ketidakpuasan terhadap gaji bisa menjadi salah satu penyebab turnover.
Ditambah lagi jumlah gaji antara karyawan yang satu dengan lainnya berbeda-beda termasuk dalam hal tunjangan. Ketidakadilan dalam pemberian tunjangan bisa menyebabkan terjadinya turnover. Itulah mengapa suatu perusahaan perlu untuk memperhatikan benefit karyawan
Penyebab lainnya yang bisa membuat pegawai memilih untuk resign adalah mengenai kenyamanan kerja atau kepuasan kerja. Terdapat beberapa hasil pengkajian yang menunjukkan turnover meningkat pada saat kepuasan kerja dinilai tidak tinggi oleh pegawai.
Durasi pekerjaan juga bisa menjadi salah satu pertimbangan karyawan ingin menetap di suatu perusahaan atau resign. Namun tingkat resign yang lebih tinggi terjadi pada durasi pekerjaan yang terlalu sedikit. Sebagian besar pekerjaan yang memiliki durasi sedikit terjadi pada karyawan kontrak maupun freelance.
Lingkungan kerja yang saling mendukung antara pegawai dengan pegawai lainnya bisa membuat betah. Dengan kata lain lingkungan kerja suatu perusahaan perlu untuk tidak saling menyalahkan apabila terdapat hasil pekerjaan yang kurang baik.
Jika seseorang menemukan ada hal yang tidak baik segera lakukan perbaikan. Hal ini tentu berlaku pada semua karyawan dan tidak perlu menyalahkan orang. Sebagai gantinya Anda bisa memilih untuk memberikan nasehat sambil bercanda terhadap karyawan yang performanya kurang baik.
Faktor Penyebab Turnover Rate Tinggi
Turnover rate atau tingkat pergantian karyawan adalah salah satu indikator yang perlu diperhatikan oleh perusahaan. Turnover yang tinggi dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti meningkatnya biaya rekrutmen, pelatihan, dan hilangnya pengetahuan yang berharga.
Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memahami faktor-faktor yang menyebabkan turnover rate menjadi tinggi. Dalam analisis ini, faktor penyebab turnover dibagi menjadi tiga kategori utama: faktor individu, faktor organisasi, dan faktor geografis. Setiap faktor ini berkontribusi pada keputusan karyawan untuk tetap tinggal atau meninggalkan perusahaan.
Faktor individu mengacu pada aspek-aspek yang berkaitan langsung dengan persepsi, kondisi, dan kebutuhan pribadi karyawan. Setiap karyawan memiliki latar belakang, motivasi, dan harapan yang berbeda dalam pekerjaannya. Faktor individu sering kali menjadi pendorong utama bagi karyawan untuk meninggalkan perusahaan, terutama ketika kebutuhan atau harapan pribadi mereka tidak terpenuhi.
Kepuasan kerja adalah salah satu faktor individu yang paling berpengaruh terhadap turnover karyawan. Karyawan yang merasa puas dengan pekerjaannya cenderung memiliki loyalitas yang lebih tinggi terhadap perusahaan. Sebaliknya, jika karyawan merasa tidak puas, misalnya karena pekerjaan yang tidak menantang, hubungan kerja yang buruk dengan atasan atau rekan kerja, atau kurangnya penghargaan, mereka lebih mungkin untuk mencari peluang di tempat lain.
Salah satu aspek penting dari kepuasan kerja adalah work-life balance atau keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Jika karyawan merasa bahwa pekerjaannya terlalu menyita waktu pribadi mereka, terutama karena jam kerja yang berlebihan atau tuntutan yang tinggi, mereka cenderung merasa tidak bahagia dan memilih untuk meninggalkan perusahaan demi mencari keseimbangan yang lebih baik di tempat kerja lain.
Pengembangan karier adalah hal yang sangat penting bagi sebagian besar karyawan. Jika seorang karyawan merasa bahwa mereka tidak memiliki peluang untuk berkembang atau dipromosikan, mereka mungkin merasa stagnan. Rasa stagnasi ini dapat mendorong mereka untuk mencari pekerjaan di perusahaan lain yang menawarkan kesempatan karier yang lebih baik. Pengembangan karier yang tidak memadai sering kali menjadi alasan utama karyawan berbakat meninggalkan perusahaan.
Perusahaan yang tidak menyediakan jalur karier yang jelas atau kesempatan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan karyawan berisiko kehilangan tenaga kerja yang berharga. Karyawan ingin merasa bahwa mereka memiliki masa depan di perusahaan, dan jika harapan ini tidak dipenuhi, mereka cenderung beralih ke perusahaan lain yang lebih mendukung pengembangan profesional mereka.
Beban kerja yang berlebihan merupakan salah satu penyebab utama stres di tempat kerja. Karyawan yang terus-menerus merasa kewalahan dengan volume pekerjaan yang terlalu besar atau tenggat waktu yang ketat dapat mengalami burnout atau kelelahan. Burnout ini tidak hanya mengurangi produktivitas, tetapi juga mendorong karyawan untuk mencari pekerjaan lain yang memberikan beban kerja yang lebih seimbang.
Beban kerja yang tidak seimbang sering kali terjadi di perusahaan yang kekurangan sumber daya manusia atau di mana pekerjaan terus bertambah tanpa adanya penyesuaian dalam jumlah tenaga kerja. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan perlu memantau beban kerja karyawan secara teratur dan memastikan bahwa tanggung jawab yang diberikan sejalan dengan kapasitas dan keterampilan karyawan.
Durasi kerja yang cukup lama di satu perusahaan bisa menjadi alasan bagi beberapa karyawan untuk mencari tantangan baru. Karyawan yang sudah lama bekerja di perusahaan yang sama mungkin merasa bahwa mereka sudah mencapai titik di mana tidak ada lagi yang bisa mereka pelajari atau capai di sana. Keinginan untuk mendapatkan pengalaman baru dan meningkatkan keterampilan sering kali mendorong karyawan untuk beralih ke perusahaan lain.
Perusahaan dapat mengatasi hal ini dengan memberikan kesempatan untuk rotasi pekerjaan atau pengembangan proyek baru yang menarik bagi karyawan senior, sehingga mereka tetap termotivasi dan merasa terus berkembang dalam karier mereka.
Work-life balance menjadi topik yang semakin penting dalam dunia kerja modern. Karyawan yang merasa bahwa mereka tidak dapat menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, seperti akibat jam kerja yang terlalu panjang atau tuntutan pekerjaan yang terus meningkat, sering kali memilih untuk meninggalkan perusahaan. Kurangnya work-life balance dapat menyebabkan kelelahan emosional dan fisik, yang berdampak pada produktivitas dan kebahagiaan karyawan.
Perusahaan yang gagal memperhatikan work-life balance karyawan berisiko menghadapi turnover yang tinggi. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan dapat memperkenalkan kebijakan fleksibilitas waktu kerja, seperti kerja dari rumah atau pengurangan jam kerja, untuk membantu karyawan menjaga keseimbangan tersebut.
Baca Juga: Definisi, Jenis, Faktor, Indikator Kinerja Pegawai
Faktor organisasi mengacu pada kondisi internal perusahaan yang memengaruhi pengalaman karyawan dalam bekerja. Kebijakan, budaya, dan sistem kerja perusahaan sering kali memiliki pengaruh besar terhadap keputusan karyawan untuk tetap tinggal atau pergi. Faktor organisasi yang buruk dapat menciptakan lingkungan kerja yang tidak menyenangkan dan menyebabkan karyawan merasa tidak nyaman atau tidak dihargai.
Sistem kerja yang cenderung represif dan tidak fleksibel sering kali menjadi penyebab turnover yang tinggi. Perusahaan yang memberlakukan kebijakan yang terlalu ketat tanpa memberikan ruang bagi karyawan untuk berinovasi atau mengekspresikan diri cenderung kehilangan talenta-talenta terbaik. Karyawan yang merasa terlalu diatur dan tidak diberi kebebasan untuk bekerja sesuai dengan gaya mereka mungkin akan merasa terkekang dan akhirnya memilih untuk pindah ke perusahaan yang lebih fleksibel.
Selain itu, sistem kerja yang tidak memperhatikan kesejahteraan karyawan, seperti tidak adanya program kesehatan, tunjangan, atau cuti yang memadai, juga dapat menyebabkan ketidakpuasan yang signifikan di kalangan karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan harus lebih proaktif dalam mendesain sistem kerja yang mendukung kesejahteraan dan kebahagiaan karyawan.
Gaji dan tunjangan merupakan faktor penting dalam mempertahankan karyawan. Karyawan yang merasa bahwa gaji mereka tidak sesuai dengan kontribusi yang mereka berikan atau bahwa sistem gaji perusahaan tidak transparan, cenderung mencari peluang di tempat lain. Ketidakpuasan dengan gaji atau tunjangan sering kali menjadi alasan utama karyawan meninggalkan perusahaan.
Sistem gaji yang tidak adil atau tidak jelas dapat menimbulkan ketidakpercayaan antara karyawan dan manajemen. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memastikan bahwa sistem penggajian mereka adil, kompetitif, dan transparan. Komunikasi yang terbuka mengenai bagaimana gaji ditentukan dan kesempatan bagi karyawan untuk mendapatkan kenaikan gaji yang adil dapat membantu mengurangi turnover.
Lingkungan kerja yang tidak sehat, baik dari segi fisik maupun sosial, dapat menyebabkan karyawan merasa tidak nyaman. Lingkungan kerja yang penuh tekanan, persaingan tidak sehat, kurangnya dukungan dari manajemen, atau konflik antar-rekan kerja dapat menciptakan atmosfer yang tidak kondusif bagi produktivitas dan kesejahteraan karyawan. Karyawan yang merasa tidak bahagia di tempat kerja cenderung mencari pekerjaan di tempat lain yang menawarkan lingkungan kerja yang lebih positif.
Perusahaan yang ingin mempertahankan karyawan perlu menciptakan budaya kerja yang mendukung, di mana karyawan merasa dihargai, didengarkan, dan didukung oleh rekan kerja dan atasan mereka.
Kepemimpinan yang tidak kompeten atau tidak adil dapat merusak moral karyawan dan menjadi salah satu penyebab utama turnover yang tinggi. Karyawan ingin bekerja di bawah pimpinan yang memiliki visi yang jelas, adil, dan mampu memberikan bimbingan serta dukungan yang mereka butuhkan. Ketika manajer tidak mampu memimpin dengan baik, karyawan merasa kurang dihargai dan cenderung meninggalkan perusahaan.
Perusahaan yang ingin mengurangi turnover perlu memastikan bahwa manajer dan pemimpin mereka dilatih untuk menjadi pemimpin yang efektif dan mendukung. Pelatihan manajemen dan komunikasi yang baik dapat membantu meningkatkan kualitas kepemimpinan di seluruh organisasi.
Faktor geografis sering kali memengaruhi keputusan karyawan untuk tetap tinggal di sebuah perusahaan, terutama ketika jarak antara tempat tinggal dan tempat kerja menjadi terlalu jauh. Waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk perjalanan pulang-pergi ke kantor dapat menjadi beban bagi karyawan, terutama jika mereka tinggal di daerah yang jauh dari kantor pusat perusahaan.
Karyawan yang harus menempuh perjalanan jauh setiap hari mungkin merasa lelah dan stres, yang dapat berdampak negatif pada produktivitas dan kesejahteraan mereka. Selain itu, jika karyawan menemukan pekerjaan yang lebih dekat dengan tempat tinggal mereka, mereka mungkin lebih memilih untuk pindah demi mengurangi beban perjalanan.
Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan dapat mempertimbangkan opsi kerja jarak jauh atau fleksibilitas waktu kerja, yang memungkinkan karyawan untuk mengurangi frekuensi perjalanan mereka ke kantor. Fleksibilitas ini dapat membantu meningkatkan retensi karyawan dan mengurangi turnover yang disebabkan oleh faktor geografis.
Baca Juga: Karyawan Tetap vs Karyawan Kontrak, Mana yang Terbaik?
Gaji dan Beban Kerja yang Tidak Sepadan
Salah satu penyebab tingginya turnover karyawan adalah sistem penggajian dan nilai kompensasi yang tidak seimbang dengan tanggung jawab pekerjaan. Perusahaan dengan tingkat turnover rendah menyadari pentingnya memberikan gaji yang sesuai dengan keahlian karyawan sebagai bentuk penghargaan.
Cara memastikan kompensasi yang sesuai adalah dengan memberikan kenaikan gaji tahunan dan memantau praktik penggajian perusahaan lain, serta menerapkan bonus berdasarkan kinerja proyek.